Oleh : Paramahansa Yogananda(1946)
“Sebuah ‘keajaiban’ biasanya dianggap sebagai suatu efek
atau peristiwa tanpa hukum, atau di luar hukum. Tetapi semua
peristiwa dalam alam semesta kita yang sangat teratur ini terjadi
berdasarkan hukum dan bisa dijelaskan secara hukum. Kekuatan ajaib seorang guru
besar merupakan akibat yang wajar dari pemahamannya yang tepat atas hukum hukum
yang samar yang berlaku di dalam kosmos kesadaran”
Autobiography of a Yogi dianggap sebagai salah satu buku
spiritual yang paling menghibur dan mencerahkan yang pernah ditulis. Buku ini
memiliki gaya bahasa kuno khas Inggris India ,
dan gambarannya yang mengagumkan memberikan kehangatan yang jarang ditemukan
dalam tulisan spiritual. Gambaran yang mengagumkan tentang India juga diungkapkan, yang meski
tergolong sedikit selama dua abad terakhir. Tulisan Yogananda,
telah menghasilkan “jiwa pencakar langit” dalam rupa para swami dan yogi.
Sewaktu muda Yogananda adalah murid dari Lahiri
Mahayasa di benares India ,
kemudian ia belajar pada Sri Yusketwar, dari kelompok swami. Sri
Yusketwar adalah swami yang sangat disegani, ia mempunyai kemampuan khusus
yaitu mampu menyelaraskan dirinya dengan pikiran siapa saja yang ia mau, bukan
hanya membaca pikiran mereka melainkan juga memasukkan pikiran ke dalam benak
mereka. Yogananda mendeskripsikan Yusketwar dengan definisi yang ditemukan
dalam kitab Weda tentang manusia Tuhan: “Lebih lembut daripada bunga, di
mana kebaikan diperhatikan; lebih kuat daripada guntur ”.
Membawa timur ke barat
Kata kata seperti “guru” dan “yoga” sekarang sudah menjadi
istilah umum dalam bahasa inggris, tetapi ketika Yogananda pergi ke Amerika tahun
1930-an, dunia spiritualitas dan filsafat timur masih sangat eksotis. Ia pergi kebarat karena mendapatkan visi
tentang orang orang Amerika, dan menganggapnya pertanda untuk pergi ke Amerika.
Di Amerika ia
berbicara di kongres religius internasional di Boston. Inilah
ceramah pertama dari ratusan ceramah yang pelan pelan meningkatkan kesadaran
akan Hinduisme dan memperkenalkan yoga pada banyak orang. Bahkan ia pernah
dipanggil untuk menemui Presiden Calvin Coolidge.
Bertemu sesama
yogi
Buku ini
memasukkan kisah pertemuan Yogananda dengan berbagai tokoh suci India dan luar
negeri, seringkali di tempat yang terpencil. Tokoh bijaksana yang ditemuinya
antara lain Perfume Saint, yang bisa mewujudkan bau sesuai
keinginan,Tiger Swami, yang telah bertarung dan mengalahkan harimau,
dan Levitating Saint, Bhaduri Mahayasa, yang meninggalkan kekayaan
keluarga untuk menjadi yogi.
Ia pergi ke jantung
Bengal utnuk bertemu Giri Baba, tokoh suci yang tidak makan; ia menggunakan
suatu teknik yoga tertentu yang memungkinkan dirinya hidup tanpa makanan selama
beberapa dekade, tanpa menimbulkan efek sakit dan dibuktikan dengan pengamatan
yang seksama. Anehnya dia gemar memasak untuk orang lain. Tetapi ketika ditanya
apa tujuan tidak makannya, Giri Baba menjawab bahwa hal itu menunjukkan kepada
kita bahwa manusia pada dasarnya adalah roh dan secara bertahap akan belajar
bagaimana cara hidup dari energi cahaya astral, seperti yang ia lakukan.
Yogananda juga mendedikasikan satu bab untuk pertemuannya dengan mistikus
Jerman, Therese Neumann, yang selama bertahun tahun hidup hanya dari sepotong
hosti(roti suci) satu kali sehari, dan setiap minggu ,darah keluar dari tangan
dan pinggangnya, petanda suci stigmata.
Banyak juga
dituliskan pertemuannya dengan banyak tokoh dan ilmuwan pada saat itu seperti
Rabindranath Tagore, penyair besar India, Luther Burbank, seorang
hortikulturis; Mahatma Gandhi dan Sri Ramana Maharshi, tokoh bijaksana dari
Arunchala.
Kekuatan yogi
dan hukum keajaiban
Buku ini penuh
dengan kisah penyembuhan ajaib, orang yang dibangkitkan dari kematian, dan
perantaraan aneh. Walau demikian, deskripsi peristiwa ini kedengarannya benar.
Yogananda banyak mendiskusikan bagaimana sesuatu yang nampak mustahil adalah
sesuatu yang wajar bagi para yogi. Ia menulis bahwa teori relativitas Einstein
telah menuntun pada pandangan bahwa jagad raya adalah energi murni, atau
cahaya. Materi adalah energi yang terkonsentrasi, dan soliditas benda sampai
batas tertentu bersifat ilusif. Einstein menunjukkan bahwa materi tidak pernah
bisa menyamai kecepatan cahaya, dan itulah mengapa kita menggolongkan materi
sebagai sesuatu yang solid dan cahaya sebagai sesuatu yang tidak bertahan
lama.
Yogananda
menjelaskan bahwa para yogi mampu menempatkan diri mereka ke dalam suatu
keadaan dimana mereka tidak lagi diidentifikasikan dengan tubuh mereka, atau
bahkan dengan materi. Dari kesadaran mereka bahwa dunia materi ini pada dasarnya
adalah maya, atau ilusi, mereka bisa mentransformasikan struktur
molekular mereka dari materi menjadi energi cahaya, membuat mereka bisa,
misalnya, berada di dua tempat dalam waktu yang bersamaan. Seorang yogi melihat
dirinya sebagai omnipresent(ada di mana mana), menjadi “satu dengan
alam semesta”, dan hasilnya mereka bisa membentuk(materialize) atau
menguraikan(dematerialize) objek tanpa dipengaruhi hukum gravitasi.
Kemampuan seorang
yogi “menjadi cahaya” –menghimpun energi cahaya–menjelaskan mengapa manifestasi
Tuhan dalam setiap agama seringkali dideskripsikan sebagai cahaya yang
menyilaukan. Ahli spiritual melihat alam semesta seperti yang Tuhan lihat
ketika Ia menciptakannya : sekumpulan besar cahaya. Menjadi satu dengan cahaya
membuat manusia terbebas dari kekangan materi, dan memungkinkan terjadinya
keajaiban. Sebenarnya, peristiwa ajaib seperti itu sama sekali sesuai dengan
hukum alam, hanya saja sebagian besar manusia tidak bisa bekerja dengan hukum
alam tersebut. Therese Neuman berkata kepada Yogananda bahwa ia mendapat energi
hanya dari cahaya dan udara. Seperti yang ditulisnya, membuat keajaiban memang mungkin
bagi setiap orang “yang menyadari bahwa esensi penciptaan adalah cahaya”
Meski seorang
yogi memiliki kemampuan yang tidak biasa, kemampuan itu tidak digunakan untuk
menghibur orang lain. Yogananda merasa pepatah “Hanya orang bodoh yang tidak
bisa menyembunyikan pengetahuannya” amat sesuai dengan gurunya Sri Yusketwar.
Ia memang banyak dibicarakan, tetapi hanya menggunakan hukum alam di seputar
dirinya, dengan demikian tidak menarik perhatian orang.
Kata penutup
Dengan membaca buku ini kita mendapatkan sebuah pintu masuk
menuju sejumlah misteri alam semesta. Di awal buku terdapat kutipan: “Jika kamu
tidak melihat tanda dan mukjizat, kamu tidak percaya” (Yoh 4:46-54).
Yogananda mencantumkan kutipan ini karena ia tahu bahwa orang sudah
sedemikian terpaku dengan cara mereka, sehingga terkadang hanya keajaiban yang
bisa membuat mereka berpikir tentang hal hal Ilahi. Guru biasanya tidak suka
mendiskusikan kemampuan istimewa mereka, karena hal itu akan mengalihkan
perhatian para muridnya dari jalan yang sesungguhnya. Tetapi Yogananda
tahu bahwa peristiwa ajaib adalah madu yang menarik lebah menuju pot spiritual.
Walau demikian pesannya yang lebih luas adalah bahwa
pengaktualisasian diri melalui kontrol pikiran dan tubuh ala yogi adalah ilmu
pengetahuan yang bisa dipelajari oleh siapa saja.
Meskipun autobiography ini memberi pengantar yang
bagus bagi literatur spiritual Hindu–Weda, Upanisad, Mahabarata– yang amat
mengejutkan dari buku ini adalah bahwa buku ini memberi kita suatu pandangan
yang baru terhadap kitab Suci. Yogananda adalah seorang ahli Kitab Suci, dan
buku ini kaya dengan catatan kaki berisi perbandingan konsep dan kata kata dari
naskah suci Hindu dengan yang ada dalam Kitab Suci Perjanjian Lama dan
Perjanjian Baru.
Kita bisa saja membaca seluruh isi Autobiography of a Yogi
tanpa harus mempercayainya. Tetapi lihatlah apakah keraguan kita akan masih
tetap ada ketika membaca halaman terakhir, berisi cuplikan surat
yang ditulis oleh direktur rumah jenasah Forest Lawn di Los Angeles , tempat dimana jasad Yogananda
diletakkan setelah kematiannya tahun 1952. Tidak seperti jenazah lainnya,
jasad Yogananda tidak menunjukkan tanda tanda kerusakan, bahkan setelah tiga
minggu jenazah itu datang. Keadaan seputar kematiannya juga luar biasa
diceritakan didalam buku ini.
(http://henkykuntarto.wordpress.com/2009/02/12/autobiography-of-a-yogi/)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar