Walau katanya buku ini adalah buku lama (yang
diterbitkan sejak lama), saya baru tahu setelah dipinjamkan oleh Mbak
Ninik. Tadinya saya beranggapan juga kalau De Mello adalah nama fam dari Timor timur, rupanya anggapan saya keliru, ketika saya
membaca kata pengantar buku ini yang dibawa oleh Parmananda R Divarkar,
SJ.
Buku ini berisi cerita dari berbagai negeri, yang intinya membuat kita menemukan hal-hal baru dalam menjalani hidup dengan Tuhan dan sesama. Buku ini terdiri dari delapan bagian besar, yaitu DOA, SADAR, AGAMA, RAHMAT, PARA KUDUS, DIRIKU, CINTA, dan KEBENARAN. Doa Sang Katak sendiri adalah cerita pertama buku ini, berikut petikannya.
Ketika Bruder Bruno pada suatu malam sedang berdoa ia diganggu oleh koak seekor katak raksasa. Semua usahanya untuk mengabaikan suara itu tidak berhasil, maka ia berteriak dari jendela, "Diam!Aku sedang berdoa."
Bruder Bruno itu seorang Santo, maka perintahnya dipatuhi. Setiap makhluk hidup menahan suaranya untuk menciptakan suasana diam yang menguntungkan bagi doa.
Tetapi kini suara lain mengganggu ibadat Sang Bruder suara dari dalam, yang berkata:"Mungkin Tuhan sama senangnya dengan koakan katak tadi daripada nyanyian mazmur-mazmur." "Apa yang dapat berkenan pada Tuhan dari teriakan katak?" Itu tanggapan Bruno menghina. Tetapi suara mendesak, tidak mau diam: " Mengapa kamu berpikir bahwa Tuhan menemukan suara?"
Bruno memutuskan mau menemukan apa sebabnya. Ia mengeluarkan tubuhnya dari jendela dan memerintahkan:"Nyanyi!" Katak raksasa mengoak berirama memenuhi alam, diiringi oleh suara main-main katak di sekitarnya. Dan ketika Bruno mendengarkan suara itu dengan penuh perhatian, koakan katak tidak lagi mengganggu, karena ia menemukan bahwa kalau ia berhenti menolak suara itu, nyatanya suara-suara itu memperkaya keheningan malam.
Dengan penemuan itu hati Bruno menjadi selaras dengan alam semesta; untuk pertama kali dalam hidupnya ia mengerti apa itu artinya berdoa.
Cerita-cerita lainnya dalam buku ini, ternyata sudah pernah saya baca dalam suatu artikel/renungan lewat milis. Antara lain cerita tentang sesorang yang karena kebanjiran, naik ke atap rumah, lalu sampai datang bantuan perahu kepadanya untuk menyelamatkan ia, hal itu sampai tiga kali. Kemudian ia mati karena menolak bantuan itu dan tenggelam. Ia protes pada Tuhan, kenapa Tuhan tidak menolongnya ketika ia berseru. Tuhan menjawab, Aku telah mengirimkan perahu tiga kali kepadamu, namun kau menolaknya.
walau banyak juga cerita lucu, intinya, Buku ini bukanlah buku untuk menghibur. Lebih tepat memang judul kecil buku ini, yaitu meditasi dengan cerita. Seperti yang dipesankan oleh De Mello, supaya setiap orang mempunyai pengenalan jati diri yang utuh, sehingga tiap orang akan memiliki keberanian untuk mengubah dunia.
Buku ini berisi cerita dari berbagai negeri, yang intinya membuat kita menemukan hal-hal baru dalam menjalani hidup dengan Tuhan dan sesama. Buku ini terdiri dari delapan bagian besar, yaitu DOA, SADAR, AGAMA, RAHMAT, PARA KUDUS, DIRIKU, CINTA, dan KEBENARAN. Doa Sang Katak sendiri adalah cerita pertama buku ini, berikut petikannya.
Ketika Bruder Bruno pada suatu malam sedang berdoa ia diganggu oleh koak seekor katak raksasa. Semua usahanya untuk mengabaikan suara itu tidak berhasil, maka ia berteriak dari jendela, "Diam!Aku sedang berdoa."
Bruder Bruno itu seorang Santo, maka perintahnya dipatuhi. Setiap makhluk hidup menahan suaranya untuk menciptakan suasana diam yang menguntungkan bagi doa.
Tetapi kini suara lain mengganggu ibadat Sang Bruder suara dari dalam, yang berkata:"Mungkin Tuhan sama senangnya dengan koakan katak tadi daripada nyanyian mazmur-mazmur." "Apa yang dapat berkenan pada Tuhan dari teriakan katak?" Itu tanggapan Bruno menghina. Tetapi suara mendesak, tidak mau diam: " Mengapa kamu berpikir bahwa Tuhan menemukan suara?"
Bruno memutuskan mau menemukan apa sebabnya. Ia mengeluarkan tubuhnya dari jendela dan memerintahkan:"Nyanyi!" Katak raksasa mengoak berirama memenuhi alam, diiringi oleh suara main-main katak di sekitarnya. Dan ketika Bruno mendengarkan suara itu dengan penuh perhatian, koakan katak tidak lagi mengganggu, karena ia menemukan bahwa kalau ia berhenti menolak suara itu, nyatanya suara-suara itu memperkaya keheningan malam.
Dengan penemuan itu hati Bruno menjadi selaras dengan alam semesta; untuk pertama kali dalam hidupnya ia mengerti apa itu artinya berdoa.
Cerita-cerita lainnya dalam buku ini, ternyata sudah pernah saya baca dalam suatu artikel/renungan lewat milis. Antara lain cerita tentang sesorang yang karena kebanjiran, naik ke atap rumah, lalu sampai datang bantuan perahu kepadanya untuk menyelamatkan ia, hal itu sampai tiga kali. Kemudian ia mati karena menolak bantuan itu dan tenggelam. Ia protes pada Tuhan, kenapa Tuhan tidak menolongnya ketika ia berseru. Tuhan menjawab, Aku telah mengirimkan perahu tiga kali kepadamu, namun kau menolaknya.
walau banyak juga cerita lucu, intinya, Buku ini bukanlah buku untuk menghibur. Lebih tepat memang judul kecil buku ini, yaitu meditasi dengan cerita. Seperti yang dipesankan oleh De Mello, supaya setiap orang mempunyai pengenalan jati diri yang utuh, sehingga tiap orang akan memiliki keberanian untuk mengubah dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar