Matrix

Matrix

Minggu, 27 April 2014

Vegetarian

Manusia memilih menjadi vegetarian, telah muncul ribuan tahun yang lalu. Manusia purba yang hidup di hutan belantara sebagai manusia pohon, yang membuat rumahnya di atas pohon yang tinggi, lebih mengenal makanan vegetarian, dibandingkan mereka yang tinggal di gua-gua tandus yang memburu binatang untuk diambil dagingnya. Kemungkinan besar mereka meniru perilaku hewan pemakan daun lainnya di hutan. Dan akhirnya, mereka terbiasa menjadi kaum vegetarian.

Lalu kapan manusia modern menjadi vegetarian? Menurut catatan, meski manusia sejak zaman purba sudah ada yang bervegetarian, tetapi ”kesadaran” bervegetarian pada era modern, baru muncul di Negara barat sekitar abad 18. Gerakan vegetarisme mulai berdiri pada tahun 1809 di Inggris, dan 1847 di Amerika. Dengan alasan untuk menjaga kesehatan, pergerakan ini terus berkembang hingga sekarang.

Pada tahun 1842, menurut Geoffrey L. Rudd, mantan sekretaris TheBritish Vegetarian Society, mengatakan, bahwa asal mula kata vegetarian bukanlah berasal dari kata vegetables (sayuran), melainkan berasal dari bahasa latin vegetus yang artinya aktif, hidup, teguh, bergairah, dan kuat. Oleh karena itu, di Inggris pada tahun 1840, kata veget dipakai untuk mengatakan seseorang yang sehat dan kuat. Menu makanan kaum veget adalah makanan tanpa daging.

Gerakan kaum veget ini terus berkembang dan meluas, karena mereka dinilai sebagai manusia disiplin yang memperoleh banyak manfaat dalam hal kesehatan tubuh.
Komunitas inipun lebih dikenal masyarakat luas dan semakin banyak pengikutnya. Setelah di Inggris dan di Amerika pada tahun 1840, gerakan vegetarian lebih diperluas dengan anjuran tiga orang yang terkenal pada saat itu. Mereka adalah Ellen White, salah seorang pendiri Gereja Advent Hari Ketujuh, yang melarang para pengikutnya untuk mengkonsumsi daging. Lalu, Dr. John Hargey Kellog, ahli bedah dari Amerika , pendiri Sanatorium Battle Creek, yang berargumen demi menjaga kesehatan, menganjurkan agar masyarakat beralih dari makanan berdaging ke vegetarian. Menyusul kemudian, Pendeta Sylvester Graham, si penemu rotiGraham Crackers, juga menganjurkan hal yang sama dengan alasan, untuk lebih memenuhi kebutuhan tubuh akan makanan berserat dan kaya vitamin. Dengan begitu, menurut dia, manusia akan lebih sehat dan kuat karena menjaga pola makanannya.

Di negeri timur , hidup cara vegetarian juga telah lama dikenal. Di Tiongkok, pola hidup sederhana yang diajarkan Confucius, juga mendorong agar manusia biasa bervegetarian.Tidak makan berlebihan, apalagi yang berdaging, akan membuat tubuh sehat dan pikiran jadi jernih. Dan juga menjadikan manusia tidak tergesa-gesa, tetapi lebih tenang.

Demikian juga pandangan bangsa Yunani Kuno, bangsa Yahudi dan bangsa Mesir, menyatakan bahwa sesungguhnya manusia adalah makhluk pemakan buah-buahan. Bahkan para bapak bangsa Yunani, termasuk Plato, Socrates dan Phythagoras, merupakan para penganjur yang kuat, agar manusia selalu mengonsumsi makanan vegetaris. Menurut catatan di kuil-kuil dari bangsa Mesir kuno, para pendetanya juga tidak pernah memakan daging. Hal yang sama juga dilakukan oleh para pendeta agama TAO.

Hal yang sama juga ada pada peradaban bangsa Inca kuno yang terkenal itu, yang ternyata mereka adalah kaum vegetaris juga. Di India, bahkan Sang Budha sendiri mendorong agar para muridnya tidak memakan daging.

Tokoh-tokoh terkenal dunia juga berpandangan yang sama soal tersebut. Misalnya Leonardo da Vinci, Leo Tolstoy, George Bernard Shaw, Albert Einstein, dan lainnya.
Albert Einstein sendiri mengakui, seringnya menyantap daging hewan, bisa mempengaruhi perilaku dan temperamen pada diri manusia. Nah, dari data dan fakta tersebut, sesungguhnya sejak zaman dahulu kala, manusia sudah mengenal adanya vegetarian. Meski putaran waktu terus berjalan, abad demi abad terlampaui, sikap hidup bervegetarian itu tetap terjaga, dan terus ada hingga kini. (http://www.idsehat.com/2013/02/sejarah-vegetarian.html)

Senin, 21 April 2014

Autobiography of a Yogi

Oleh : Paramahansa Yogananda(1946)
“Sebuah ‘keajaiban’ biasanya dianggap sebagai suatu efek atau peristiwa tanpa hukum, atau di luar hukum. Tetapi semua peristiwa dalam alam semesta kita yang sangat teratur ini  terjadi berdasarkan hukum dan bisa dijelaskan secara hukum. Kekuatan ajaib seorang guru besar merupakan akibat yang wajar dari pemahamannya yang tepat atas hukum hukum yang  samar yang berlaku di dalam kosmos kesadaran”

Autobiography of a Yogi dianggap sebagai salah satu buku spiritual yang paling menghibur dan mencerahkan yang pernah ditulis. Buku ini memiliki gaya bahasa kuno khas Inggris India, dan gambarannya yang mengagumkan memberikan kehangatan yang jarang ditemukan dalam tulisan spiritual. Gambaran yang mengagumkan tentang India juga diungkapkan, yang meski tergolong sedikit selama dua abad terakhir. Tulisan Yogananda, telah menghasilkan “jiwa pencakar langit” dalam rupa para swami dan yogi.

Sewaktu  muda Yogananda adalah murid dari Lahiri Mahayasa di benares India, kemudian ia belajar pada Sri Yusketwar, dari kelompok swami.  Sri Yusketwar adalah swami yang sangat disegani, ia mempunyai kemampuan khusus yaitu mampu menyelaraskan dirinya dengan pikiran siapa saja yang ia mau, bukan hanya membaca pikiran mereka melainkan juga memasukkan pikiran ke dalam benak mereka. Yogananda mendeskripsikan Yusketwar dengan definisi yang ditemukan dalam kitab Weda tentang manusia Tuhan: “Lebih lembut daripada bunga,  di mana kebaikan diperhatikan; lebih kuat daripada guntur”.

Membawa timur ke barat
Kata kata seperti “guru” dan “yoga” sekarang sudah menjadi istilah umum dalam bahasa inggris, tetapi ketika Yogananda pergi ke Amerika tahun 1930-an, dunia spiritualitas dan filsafat timur masih sangat eksotis. Ia pergi kebarat karena mendapatkan visi tentang orang orang Amerika, dan menganggapnya pertanda untuk pergi ke Amerika.
Di Amerika ia berbicara di kongres religius internasional di Boston. Inilah ceramah pertama dari ratusan ceramah yang pelan pelan meningkatkan kesadaran akan Hinduisme dan memperkenalkan yoga pada banyak orang. Bahkan ia pernah dipanggil untuk menemui  Presiden Calvin Coolidge.

Bertemu sesama yogi
Buku ini memasukkan kisah pertemuan Yogananda dengan berbagai tokoh suci India dan luar negeri, seringkali di tempat yang terpencil. Tokoh bijaksana yang ditemuinya antara lain Perfume Saint, yang bisa mewujudkan bau sesuai keinginan,Tiger Swami, yang telah bertarung dan mengalahkan harimau, dan Levitating Saint, Bhaduri Mahayasa, yang meninggalkan kekayaan keluarga untuk menjadi yogi. 
Ia pergi ke jantung Bengal utnuk bertemu Giri Baba, tokoh suci yang tidak makan; ia menggunakan suatu teknik yoga tertentu yang memungkinkan dirinya hidup tanpa makanan selama beberapa dekade, tanpa menimbulkan efek sakit dan dibuktikan dengan pengamatan yang seksama. Anehnya dia gemar memasak untuk orang lain. Tetapi ketika ditanya apa tujuan tidak makannya, Giri Baba menjawab bahwa hal itu menunjukkan kepada kita bahwa manusia pada dasarnya adalah roh dan secara bertahap akan belajar bagaimana cara hidup dari energi cahaya astral, seperti yang ia lakukan. Yogananda juga mendedikasikan satu bab untuk pertemuannya dengan mistikus Jerman, Therese Neumann, yang selama bertahun tahun hidup hanya dari sepotong hosti(roti suci) satu kali sehari, dan setiap minggu ,darah keluar dari tangan dan pinggangnya, petanda suci stigmata.
Banyak juga dituliskan pertemuannya dengan banyak tokoh dan ilmuwan pada saat itu seperti Rabindranath Tagore, penyair besar India, Luther Burbank, seorang hortikulturis; Mahatma Gandhi dan Sri Ramana Maharshi, tokoh bijaksana dari Arunchala.

Kekuatan yogi dan hukum keajaiban
Buku ini penuh dengan kisah penyembuhan ajaib, orang yang dibangkitkan dari kematian, dan perantaraan aneh. Walau demikian, deskripsi peristiwa ini kedengarannya benar. Yogananda banyak mendiskusikan bagaimana sesuatu yang nampak mustahil adalah sesuatu yang wajar bagi para yogi. Ia menulis bahwa teori relativitas Einstein telah menuntun  pada pandangan bahwa jagad raya adalah energi murni, atau cahaya. Materi adalah energi yang terkonsentrasi, dan soliditas benda sampai batas tertentu bersifat ilusif. Einstein menunjukkan bahwa materi tidak pernah bisa menyamai kecepatan cahaya, dan itulah mengapa kita menggolongkan materi sebagai sesuatu yang solid dan cahaya  sebagai sesuatu yang tidak bertahan lama.
Yogananda menjelaskan bahwa para yogi mampu menempatkan diri mereka ke dalam suatu keadaan dimana mereka tidak lagi diidentifikasikan dengan tubuh mereka, atau bahkan dengan materi. Dari kesadaran mereka bahwa dunia materi ini pada dasarnya adalah maya, atau ilusi, mereka bisa mentransformasikan struktur molekular mereka dari materi menjadi energi cahaya, membuat mereka bisa, misalnya, berada di dua tempat dalam waktu yang bersamaan. Seorang yogi melihat dirinya sebagai omnipresent(ada di mana mana), menjadi “satu dengan alam semesta”, dan hasilnya mereka bisa membentuk(materialize) atau menguraikan(dematerialize) objek tanpa dipengaruhi hukum gravitasi.
Kemampuan seorang yogi “menjadi cahaya” –menghimpun energi cahaya–menjelaskan mengapa manifestasi Tuhan dalam setiap agama seringkali dideskripsikan sebagai cahaya yang menyilaukan. Ahli spiritual melihat alam semesta seperti yang Tuhan lihat ketika Ia menciptakannya : sekumpulan besar cahaya. Menjadi satu dengan cahaya membuat manusia terbebas dari kekangan materi, dan memungkinkan terjadinya keajaiban. Sebenarnya, peristiwa ajaib seperti itu sama sekali sesuai dengan hukum alam, hanya saja sebagian besar manusia tidak bisa bekerja dengan hukum alam tersebut. Therese Neuman berkata kepada Yogananda bahwa ia mendapat energi hanya dari cahaya dan udara. Seperti yang ditulisnya, membuat keajaiban memang mungkin bagi setiap orang “yang menyadari bahwa esensi penciptaan adalah cahaya”
Meski seorang yogi memiliki kemampuan yang tidak biasa, kemampuan itu tidak digunakan untuk menghibur orang lain. Yogananda merasa pepatah “Hanya orang bodoh yang tidak bisa menyembunyikan pengetahuannya” amat sesuai dengan gurunya Sri Yusketwar. Ia memang banyak dibicarakan, tetapi hanya menggunakan hukum alam di seputar dirinya, dengan demikian tidak menarik perhatian orang.

Kata penutup
Dengan membaca buku ini kita mendapatkan sebuah pintu masuk menuju sejumlah misteri alam semesta. Di awal buku terdapat kutipan: “Jika kamu tidak melihat tanda dan mukjizat, kamu tidak percaya” (Yoh 4:46-54). Yogananda  mencantumkan kutipan ini karena ia tahu bahwa orang sudah sedemikian terpaku dengan cara mereka, sehingga terkadang hanya keajaiban yang bisa membuat mereka berpikir tentang hal hal Ilahi. Guru biasanya tidak suka mendiskusikan kemampuan istimewa mereka, karena hal itu akan mengalihkan perhatian para muridnya dari jalan yang sesungguhnya. Tetapi Yogananda  tahu bahwa peristiwa ajaib adalah madu yang menarik lebah menuju pot spiritual.
Walau demikian pesannya yang lebih luas adalah bahwa pengaktualisasian diri melalui kontrol pikiran dan tubuh ala yogi adalah ilmu pengetahuan yang bisa dipelajari oleh siapa saja.
Meskipun autobiography ini  memberi pengantar yang bagus bagi literatur spiritual Hindu–Weda, Upanisad, Mahabarata– yang amat mengejutkan dari buku ini adalah bahwa buku ini memberi kita suatu pandangan yang baru terhadap kitab Suci. Yogananda adalah seorang ahli Kitab Suci, dan buku ini kaya dengan catatan kaki berisi perbandingan konsep dan kata kata dari naskah suci Hindu dengan yang ada dalam Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.
Kita bisa saja membaca seluruh isi Autobiography of a Yogi tanpa harus mempercayainya. Tetapi lihatlah apakah keraguan kita akan masih tetap ada ketika membaca halaman terakhir, berisi cuplikan surat yang ditulis oleh direktur rumah jenasah Forest Lawn di Los Angeles, tempat dimana jasad Yogananda diletakkan setelah kematiannya tahun 1952.  Tidak seperti jenazah lainnya, jasad Yogananda tidak menunjukkan tanda tanda kerusakan, bahkan setelah tiga minggu jenazah itu datang. Keadaan seputar kematiannya juga luar biasa diceritakan didalam buku ini.
(http://henkykuntarto.wordpress.com/2009/02/12/autobiography-of-a-yogi/)

Minggu, 20 April 2014

Garis Nadir Kehidupan

Kematian bisa mengajari kita begitu banyak pelajaran hidup. Saya telah pergi ke begitu banyak upacara pemakaman, dan saya yakin, bagian penting dalam upacara pemakaman adalah eulogi, penyampaian sanjungan terhadap orang yang meninggal. Bagian ini sangat penting.

Saya menyukai eulogi karena dalam 99%  kasus, mereka membicarakan mengenai sosok manusia yang indah. Mereka mulai menceritakan betapa indahnya kenangan bersama orang itu, apa maknanya bagi mereka, sahabat yang luar biasa, seorang yang hebat, atau betapa hebatnya orang itu dalam peduli, mencintai, dan melayani.
Setelah menghadiri banyak upacara pemakaman, inilah yang saya sebut sebagai garis nadir kehidupan. Ini adalah kiasan dari ilmu ekonomi. Garis paling bawah untuk menyatukan kolom debit dan kredit, dan mengetahui berapa saldonya.

Apa yang dikatakan mengenai orang yang meninggal? Saya selalu sangat terinspirasi menyimak apa yang benar-benar penting pada saat kematian. Harta benda tidaklah benar-benar sangat penting, bahkan pencapaian semasa hidup tidaklah benar-benar penting. Tetapi, apa yang orang lain akan kenang kita, itu yang penting. Kebaikan yang telah dilakukan, hal-hal yang terkadang sering membutuhkan waktu panjang.
Inilah apa yang pelajaran upacara pemakaman itu ajarkan kepada saya. Hal yang benar-benar penting dalam hidup, hal-hal yang bermakna. Inilah yang menjadikan kehidupan manusia itu benar-benar penting, yang sesungguhnya kita rayakan pada saat kematian.
(Ajahn Brahm: Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya)